Oleh: Andy Asmara (Alumni Human Resources Development Universitas Airlangga)
FORJASIB-Banyuwangi: Fakta bahwa pikiran mengatur badan telah menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan. Meskipun hal ini sering diabaikan oleh biologi dan kedokteran, kita akhirnya akan sampai pada satu pemahaman yang sama bahwa pikiran setidaknya memiliki peran paling mendasar untuk mempengaruhi serangkaian proses kehidupan. Hal ini terlihat dengan jelas pada kelas usia remaja.
John W. Santrock dalam bukunya “Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup” (2001) menyatakan bahwa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa muda yang mencakup perubahan biologi, kognitif, dan sosial emosional. Dalam perkembangannya, remaja tidak pernah mau diperlakukan sebagai anak-anak. Namun, faktanya mereka belum memiliki kematangan emosional untuk layak disebut sebagai seorang dewasa.
Masa remaja adalah fase hidup yang sangat berbahaya. Jika remaja berada di lingkungan yang salah, kondisi tersebut berpotensi menciptakan generasi remaja bermasalah. Sebaliknya, jika mereka berada di lingkungan yang mendukung untuk menemukan minat dan bakat, bukan tidak mungkin mereka akan bertransformasi menjadi generasi yang luar biasa.
Bagi saya, representasi demokrasi dalam konteks sekolah adalah ketika setiap siswa memiliki kesempatan dan kemerdekaan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan serta ikut menentukan arah pengembangan sistem pendidikan yang berdampak bagi mereka selama proses belajar dan mengajar. Sekolah wajib menjadi bagian dari institusi yang menggelorakan proses diskursus setiap hari. Membangun semangat dialektika agar terjadi komunikasi dua arah yang sehat dari hati ke hati.
Dengan adanya demokrasi di sekolah, tujuan sekolah untuk menciptakan agen perubahan bukan hanya sekedar slogan semata. Remaja yang diberi ruang untuk berbicara dan didengar akan merasa dihargai, meningkatkan kepercayaan diri dan kematangan emosional mereka. Melihat remaja yang sedang berbicara di depan saya, optimisme itu selalu ada. In sha Allah satu atau dua dekade dari saat ini, Indonesia akan jauh lebih hebat lagi.
Orang tua mungkin sulit mengubah harapan dan kenyataan tentang anak remaja. Namun, setidaknya yang bisa dilakukan adalah mengubah pikiran dan sikap terhadap mereka. Dan secara paradoks, hal ini akan mengubah kenyataan. Cobalah, dan lihat hasilnya.
Tetap sehat. Tetap semangat. Terus berkarya. Jangan pernah lelah mencintai Indonesia. (cww)
#love #life #simple
Saya Setuju Pak Andi Dalam Memberikan Ulasan Untuk Demikrasi Masa Remaja, Kita Sadari Masa Remaja Mempunyai Peran Penting Dalam Menentukan arah masadepan Seseorang. Fase 8Tahun Setelah SMP itu merupakan Penentu Arah, Peran Orang Tua dan Lingkungan Sangat Berpengaruh, Semoga Para Orang Tua Memahami Pentingnya Masa Remaja Untuk Anak2 Mereka